pernah nggak, kamu dihalangi sesuatu, atau seseorang, tapi justru kamu yang harus meminta maaf karena mau lewat?? saya sering. kejadiannya biasanya terjadi di gang kecil, lorong swalayan, lorong kantor, bahkan pernah juga di pintu gerbang rumah yang saya tinggali..
semasa saya tinggal di jakarta, atau makassar, yang kebetulan selalu dalam kompleks perumahan, entah seberapa sering dalam kehidupan sehari-hari ada orang atau kelompok yang memblok jalan, entah untuk suatu acara atau hanya nongkrong. kalau untuk acara hajatan, atau kedukaan menurut saya itu sesuatu yang tidak terlalu mengganggu. hajatan kan tidak setiap hari, sementara kedukaan itu kan force majeure, jadi kita (keluarga bersangkutan maupun tetangganya) tidak bisa berbuat apa2 lagi kecuali merelakan jalanan kompleks digunakan untuk lokasi tenda dsb.
yang menyebalkan, adalah kalau perjalanan kita dihalangi oleh kelompok orang nongkrong, apalagi kalau nongkrongnya tiap hari. menyebalkan? uhm, tergantung orang yang mau lewat, dan situasi kondisinya. buat saya, halangan berupa bangku dan gerombolan orang yang nongkrong di jalanan itu mengganggu perjalanan saya, apalagi kalau saya tidak kenal siapa2 di antara penongkrong jalanan itu (apa hubungannya ya?). terlebih lagi kalau saya kebelet pipis. aaah intinya mereka seharusnya tidak nongkrong di jalanan yang tidak hanya mengganggu pejalan kaki, tapi juga kendaraan roda dua maupun roda empat. kenapa tidak di teras rumahnya? atau di kafe? atau warung kopi lah yang lebih hemat? atau lapangan bola di saat tidak ada yang memakai? atau sekalian kuburan?? :D
sampai2 ada teman saya yang menggerutu, "orang2 ini bertamu kok di jalanan" atau kalau di tongkrongan itu ada furniture berupa bangku/sofa tua maka gerutuannya menjadi, "duh, ruang tamu pake dipindahin ke jalanan segala.."
akhirnya, saya yang mau lewat dengan berat meminta "ijin" untuk lewat. maaf, punten, permisi, tiga kata itu, ditambah senyum yang nggak dari hati.. bahkan kalau penongkrong-nya berusia di jauh lebih tua, ada gerakan tambahan buat kepala..
sama juga kejadiannya kalau di pasar swalayan. saya mau mengambil minyak goreng merek A, tapi didepan deretan minyak goreng merek A itu, berdiri seorang ibu, yang tampaknya sedang menimbang2 memilih minyak goreng yang menggunakan akal sehat atau minyak kelapa sawit :) 10 detik oke lah, tapi kalau sampai 30 detik berpikir, memicingkan mata, tolak pinggang dengan tangan kiri sementara tangan kanan memegang dagu, tanpa menyadari ada makhluk lain yang berdiri tak sampai satu meter darinya?? akhirnya setelah puas takjub melihat gaya berpikirnya, mulut saya hanya berkata, " permisi" sambil mengambil minyak goreng A tersebut. biasanya saat mendengar permisi, si ibu akan bergeser sedikiiittt..
semasa saya tinggal di jakarta, atau makassar, yang kebetulan selalu dalam kompleks perumahan, entah seberapa sering dalam kehidupan sehari-hari ada orang atau kelompok yang memblok jalan, entah untuk suatu acara atau hanya nongkrong. kalau untuk acara hajatan, atau kedukaan menurut saya itu sesuatu yang tidak terlalu mengganggu. hajatan kan tidak setiap hari, sementara kedukaan itu kan force majeure, jadi kita (keluarga bersangkutan maupun tetangganya) tidak bisa berbuat apa2 lagi kecuali merelakan jalanan kompleks digunakan untuk lokasi tenda dsb.
yang menyebalkan, adalah kalau perjalanan kita dihalangi oleh kelompok orang nongkrong, apalagi kalau nongkrongnya tiap hari. menyebalkan? uhm, tergantung orang yang mau lewat, dan situasi kondisinya. buat saya, halangan berupa bangku dan gerombolan orang yang nongkrong di jalanan itu mengganggu perjalanan saya, apalagi kalau saya tidak kenal siapa2 di antara penongkrong jalanan itu (apa hubungannya ya?). terlebih lagi kalau saya kebelet pipis. aaah intinya mereka seharusnya tidak nongkrong di jalanan yang tidak hanya mengganggu pejalan kaki, tapi juga kendaraan roda dua maupun roda empat. kenapa tidak di teras rumahnya? atau di kafe? atau warung kopi lah yang lebih hemat? atau lapangan bola di saat tidak ada yang memakai? atau sekalian kuburan?? :D
sampai2 ada teman saya yang menggerutu, "orang2 ini bertamu kok di jalanan" atau kalau di tongkrongan itu ada furniture berupa bangku/sofa tua maka gerutuannya menjadi, "duh, ruang tamu pake dipindahin ke jalanan segala.."
akhirnya, saya yang mau lewat dengan berat meminta "ijin" untuk lewat. maaf, punten, permisi, tiga kata itu, ditambah senyum yang nggak dari hati.. bahkan kalau penongkrong-nya berusia di jauh lebih tua, ada gerakan tambahan buat kepala..
sama juga kejadiannya kalau di pasar swalayan. saya mau mengambil minyak goreng merek A, tapi didepan deretan minyak goreng merek A itu, berdiri seorang ibu, yang tampaknya sedang menimbang2 memilih minyak goreng yang menggunakan akal sehat atau minyak kelapa sawit :) 10 detik oke lah, tapi kalau sampai 30 detik berpikir, memicingkan mata, tolak pinggang dengan tangan kiri sementara tangan kanan memegang dagu, tanpa menyadari ada makhluk lain yang berdiri tak sampai satu meter darinya?? akhirnya setelah puas takjub melihat gaya berpikirnya, mulut saya hanya berkata, " permisi" sambil mengambil minyak goreng A tersebut. biasanya saat mendengar permisi, si ibu akan bergeser sedikiiittt..
tapi ada juga jenis ibu ajaib di kejadian lain, yang mendengar permisi justru menoleh dan melontarkan pandangan sinis/terganggu. nah, ini dia tipe yang paling cocok diberi kata2," hey, you blocked my way. please go away. think somewhere else!" hehe
huh! adat timur sih adat timur, tapi kok mereka yang menghalangi jalan, saya yang minta maaf.. bukankah seharusnya mereka yang menghalangi jalan saya yang meminta maaf??
sementara disini, masyarakat di negara orang berambut kuning ternyata justru lebih beradab dibanding sesama saudara di tanah air. mereka begitu sadar dengan keberadaan dirinya ditengah keramaian. jadi di lorong toko yang sempit, mereka yang sedang memilih2 produk akan berkata "sorry" karena menghalangi saya yang "akan" lewat, tanpa saya perlu mengatakan "excuse me" atau "sorry".. mereka yang sedang mengantri membayar parkir di tiket machine akan bilang, "sorry" saat saya akan lewat. bahkan saat salah satu isi keranjang belanjaan saya jatuh tanpa saya sadari, ada perempuan muda yang berkata," sorry, i belive this is yours" sambil memberikan benda yang terjatuh tadi. maaf agak ngelantur, tapi saya menyoroti mereka yang sering dicap "tak tau adat" ternyata lebih beradab dari bangsa kita yang mengaku menjunjung tinggi adat timur dan toleransi.
*BIG SIGH*
huh! adat timur sih adat timur, tapi kok mereka yang menghalangi jalan, saya yang minta maaf.. bukankah seharusnya mereka yang menghalangi jalan saya yang meminta maaf??
sementara disini, masyarakat di negara orang berambut kuning ternyata justru lebih beradab dibanding sesama saudara di tanah air. mereka begitu sadar dengan keberadaan dirinya ditengah keramaian. jadi di lorong toko yang sempit, mereka yang sedang memilih2 produk akan berkata "sorry" karena menghalangi saya yang "akan" lewat, tanpa saya perlu mengatakan "excuse me" atau "sorry".. mereka yang sedang mengantri membayar parkir di tiket machine akan bilang, "sorry" saat saya akan lewat. bahkan saat salah satu isi keranjang belanjaan saya jatuh tanpa saya sadari, ada perempuan muda yang berkata," sorry, i belive this is yours" sambil memberikan benda yang terjatuh tadi. maaf agak ngelantur, tapi saya menyoroti mereka yang sering dicap "tak tau adat" ternyata lebih beradab dari bangsa kita yang mengaku menjunjung tinggi adat timur dan toleransi.
*BIG SIGH*
No comments:
Post a Comment